Pengertian dan Macam-macam teknik khitobah

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Di antara karunia Tuhan yang paling besar bagi manusia ialah kemampuan berbicara. Retorika sebagai “ilmu bicara” sebenarnya diperlukan setiap orang. Bagi ahli komunikasi atau komunikator retorika adalah condition sine que non.
Uraian sistematis retorika yang pertama diletakkan oleh orang Syracuse, sebuah koloni Yunani di Pulau Sicilia. Kira-kira tahun 465 SM, rakyat melancarkan revolusi. Dictator ditumbangkan dan demokrasi ditegakkan. Pemerintah mengembalikan lagi tanah rakyat kepada pemiliknya yang sah.
Masih di Pulaiu Sicilia, tetapi di Agrigentum hidup Empedocles, filosof, mistikus, politisi, dan sekaligus orator. Tahun 427 Sm Gorgias dikirim sebagai duta ke Athena. Di sana bersama Protagoras dan kawan-kawan, Georgias berpindah dari satu kota ke kota yang lain. Mereka adalah “dosen-dosen terbang”. Protagoras mnyebut kelompoknya sophistai, “guru kebijaksanaan”. Sejarahwan menyebut mereka kelompok sophis. Mereka berjasa mengembangkan dan mempopulerkan retorika, berkat mereka abad keempat sebelum Masehi adalah abad retorika. Muncul beberapa tokoh retorika seperti Demosthenes, Isocrates, Plato, Aritotes,d an lain-lain.[1]
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian teknik khitobah?
2.      Apa macam-macam teknik khitobah?
C.     Tujuan Penulisan
1.      Agar dapat mengetahui pengertian teknik khitobah
2.      Agar dapat mengetahui macam-macam teknik khitobah



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Teknik Khitobah
Menurut para ahli, pengertian “Teknik” diartikan sebagai berikut :
1.      Menurut Ludwig Von Bartalanfy, teknik merupakan seperangkat unsur yang saling terkait dalam suatu antar relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan.
2.      Menurut Anatol Raporot, teknik adalah suatu kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan satu sama lain.
3.      Menurut Wina Sanjaya teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode.[2]
Khitobah atau pidato adalah suatu ucapan dengan memperhatikan susunan kata yang baik untuk disampaikan  kepada orang banyak. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pidato didefinisikan sebagai:
1.      Pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak.
2.      Wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak. Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengarkan pidato tersebut.
Jadi teknik khitobah adalah cara menyampaikan pesan dakwah dalam bentuk pidato yang bertujuan untuk memberikan kesan yang positif bagi pendengar.
B.     Macam-Macam Teknik Khitobah
Menurut Suyono dalam situsnya https://pidato.wordpress.com/metode-pidato/, ada empat (4) buah metode dalam berpidato yang sering digunakan, yaitu :
1.      Impromptu (spontan)
Metode pidato impromptu adalah membawakan pidato tanpa persiapan yang hanya mengandalakan pengalaman dan wawasan. Dalam metode ini, pembicara menggunakan cara spontanitas (improvisasi). Biasanya, metode ini digunakan untuk pidato yang sifatnya mendadak dan disajikan menurut kebutuhan saat itu.
Kelebihan metode impromptu adalah bahasa yang digunakan singkat, sehingga tidak membosankan dan pembicara bebas dalam memilih topik bahasan tetapi tepat sesuai acara. Sedangkan kelemahan metode impromptu adalah terkadang meteri yang disampaikan tidak secara urut / sistematis dan kemungkinan ada hal-hal yang terlupa karena sifatnya mendadak tanpa persiapan.
2.      Ekstemporan (penjabaran kerangka)
Metode pidato ekstemporan merupakan teknik berpidato dengan menjabarkan materi yang terpola. Maksud terpola yaitu materi yang akan disampaikan harus dipersiapkan garis besarnya dengan menuliskan hal-hal yang di anggap penting.
Kelebihan metode ekstemporan yaitu materi yang di sampaikan dapat di ungkapkan secara terurut dan sistematis. Sedangkan kelemahan metode ekstemporan adalah terlihat seakan-akan kurang siap karena perlu menunduk untuk melihat catatan.
3.      Naskah
Metode pidato naskah adalah berpidato dengan menggunakan naskah yang telah dibuat sebelumnya. Metode ini biasanya digunakan dalam pidato resmi dimana pembicara selalu membaca naskah yang telah dipersiapkan sebelumnya. Cara demikian dilakukan agar tidak terjadi kekeliruan, karena setiap kata yang diucapkan dalam situasi resmi akan di sebarluaskan dan dijadikan figur masyarakat serta dikutip oleh media massa.
Kelebihan metode naskah yaitu pidato terencana dengan baik, lengkap dan sistematis. Sedangkan kelemahan metode naskah adalah membosankan, interaksi dengan pendengar kurang dan terlihat kaku karena mata pembicara selalu melihat naskah.
4.      Menghafal (tanpa teks)
Metode pidato menghafal yaitu menghafal suatu rencana pidato yang telah dibuat sebelumnya. Kelebihan metode menghafal adalah melatih daya ingat dan tersusun sistematis. Sedangkan kelemahan metode menghafal adalah bila terjadi lupa akan mempengaruhi isi pidato dan mungkin akan menggangu konsentrasi pendengar.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Khitobah atau pidato adalah suatu ucapan dengan memperhatikan susunan kata yang baik untuk disampaikan  kepada orang banyak. Jadi teknik khitobah adalah cara menyampaikan pesan dakwah dalam bentuk pidato yang bertujuan untuk memberikan kesan yang positif bagi pendengar.
Ada empat (4) buah metode dalam berpidato yang sering digunakan, yaitu :
1.      Impromptu (spontan)
2.      Ekstemporan (penjabaran kerangka)
3.      Naskah
4.      Menghafal (tanpa teks)
B.     Saran
Pidato bukanlah hal yang mudah. Maka dari itu persiapakanlah segala sesuatunya dengan matang, mulai dari mental hingga materi.



DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin Rakhmat. Retorika Modern. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011)
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Kencana. 2006)
Suyono. Metode Pidato. dalam situsnya https://pidato.wordpress.com/metode-pidato/. Di download tanggal 2 Maret 2017



[1] Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 7

[2] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana 2006), hal. 125  

Komentar

Postingan Populer