ILMU KOMUNIKASI ISLAM : SUMBER ILMU KOMUNIKASI ISLAM
Perkenalkan
saya Husnul Khatimah Fitri mahasiswa FUAD IAIN Pontianak. Di sini saya akan
berbagi ringkasan/resume buku “Ilmu Komunikasi Islam” karya Dr. H. Harjani
Hefni, Lc., M.A. Semoga bermanfaat
ILMU KOMUNIKASI ISLAM
BAB 2
SUMBER ILMU
KOMUNIKASI ISLAM
A. Al-Qur’an
1. Definisi
Al-Qur’an ditinjau dari etimologis merupakan bentuk mashdar dari kata qara’a – yaqra’u
– qira’atan – wa qur’anan. Kata qara’a berarti
menghimpun dan menyatukan.[1]
Ketika menjadi terminologi untuk kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW, maka Al-Qur’an didefinisikan sebagai:
“Firman
Allah SWT yang menjadi mukjizat abadi kepada Rasulullah yang tidak mungkin bisa
ditandingi oleh manusia, diturunkan kepada Rasulullah SAW yang tertulis dalam
mushaf, diturunkan ke generasi berikutnya secaa mutawatir, ketika dibaca
bernilai ibadah dan berpahala tinggi”.[2]
Definisi
di atas mengandung lima makna penting:
1) Al-Qur’an adalah
firman Allah SWT (QS. An-Najm (53) : 4) Yang Mahamulia dan Maha Agung.
Kedudukan firman-Nya yang mulia dan agung menjadikan kita harus
memperlakukannya dengan mulia juga. Karena Al-Qur’an adalah firman Allah yang
mulia, maka menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber rujukan utama komunikasi Islam
akan membuat ilmu ini menjadi ilmu yang mulia.
2) Al-Qur’an adalah
mukjizat, tidak ada kata dan bacaan yang mampu menandinginya. Menjadikan
Al-Qur’an sebagai sumber ilmu komunikasi Islam akan membuat teori-teori ilmu
ini menjadi kukuh.
3) Al-Qur’an itu
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu ke dalam hatinya melalui malaikat
Jibril a.s (QS. 26: 192). Allah memilih hati Nabi Muhammad SAW karena dianggap
yang paling layak untuk ditempati Al-Qur’an yang suci.
4) Al-Qur’an
disampaikan secara mutawatir. Al-Qur’an dihafal dan ditulis oleh banyak sahabat
sehingga mustahil terjadi persekongkolan adanya penambahan atau pengurangan
dalam teksnya. Lalu, secara turun temurun Al-Qur’an diajarkan kepada generasi
berikutnya.
5) Membaca Al-Qur’an
bernilai ibadah, bahkan setiap huruf diganjar oleh Allah dengan 10 kebaikan.
2. Fungsi Al-Qur’an
1) Al-Qur’an sebagai
Huda (Petunjuk)
“Sesungguhnya
Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi
kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa
mereka ada pahala yang besar”. (QS. Al-‘Israa’ (17) : 9)
2) Al-Qur’an sebagai
Furqan (Pembeda)
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah)
bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”. (QS. Al-Baqarah (2): 185)
3) Al-Qur’an sebagai
Syifa’ (Obat)
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang
kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Yunus (10):
57)
4) Al-Qur’an sebagai
rahmat
Kata rahmah, marhamah, dan rahum mengandung beberapa pengertian di
antaranya dipakai untuk makna kelembutan (riqqah),
empati (ta’aththuf), memberikan maaf
(maghfirah), penyayang (hanan), kenabian, rezeki, dan lokasi
yang subur.
3. Ayat-Ayat yang
Terkait dengan Komunikasi
1) Ayat tentang
Hiwar dan Jidal
“Sesungguhnya
Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu
tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan, Allah mendengar
soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat”. (QS. Al-Mujaadilah (58): 1)
2) Ayat tentang
Bayan
“(Tuhan) yang Maha Pemurah, yang telah
mengajarkan Al-Qur’an. Dia menciptakan manusia. Mengajarkannya pandai
berbicara”. (QS. Ar-Rahmaan (55): 1-4)
3) Ayat tentang
Tadzkir
“Oleh sebab itu berikanlah peringatan karena
peringatan itu bermanfaat”. (QS. Al-A’la (87): 9)
4) Ayat tentang
Tabligh
“Hai Rasul,
sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan, jika tidak kamu
kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan manusia). Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (QS. Al-Maidah (5): 67)
5) Ayat tetang
Busyra
“Ingatlah,
sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati. (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka
selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan
(dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat
(janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar”. (QS. Yunus (10):
62-64)
6) Ayat tentang
Indzar
“Sesungguhnya
kamu hanyalah seorang pemberi peringatan”. (QS. Ar-Ra’d (13): 7)
7) Ayat tentang
Ta’aruf
“Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Al-Hujurat
(49): 13)
8) Ayat tentang
Tawashi
“Adakah kamu hadir ketika
Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya:
“Apa yang kamu sembah sepeninggalanku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah
Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang
Maha Esa dan Kamu hanya tunduk patuh kepada-Nya”. (QS. Al-Baqarah (2) : 113)
B. As-Sunnah
1. Definisi
Ulama hadis sepakat bahwa arti dasar kata
as-Sunnah yang berkaitan erat dengan Hadis berkisar pada dua makna berikut:
1) Al-Sirah au al-Thariqah, Hasanah am Sayyiah. Sirah dan thariqah yang berarti jalan kehidupan atau metode, yang baik
ataupun yang buruk.
2) Al-Thariqah al-mahmudah al-mustaqirmah, yaitu jalan
kehidupan atau metode yang lurus dan terpuji.
2. Fungsi Sunnah
Fungsi Sunnah
adalah sebagai tafsir bagi Al-Qur’an, mengungkapkan rahasia yang dikandungnya,
dan menjelaskan kehendak Allah SWT dalam perintah-perintah-Nya atau larangan-larangan-Nya.
Al-Qur’an yang sulit dipahami, dan tidak bisa dimengerti maksudnya, tetapi
tidak sedemikian sebalinya, karena walaupun tanpa Al-Qur’an as-Sunnah sudah
bisa dipahami dengan sendirinya.
3. Sumber dan
Referensi
Ada beberapa
kitab yang paling sering dijadikan referensi dalam bidang Hadis adalah:
1) Shahih
al-Bukhari, yang ditulis oleh Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn
Mughirah al-Ju’fi al-Bukhari (194 H–256 H). Informasi yang paling kaya tentang
bahan ilmu komunikasi Islam dalam Shahih Bukhari adalah kitab al-Adab (etika), sebagian kitab
al-Isti’zan (meminta izin), dan kitab
al-Da’awat (doa).
2) Shahih Muslim,
yang ditulis oleh Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi (202
H-261 H). Informasi yang bisa dijadikan bahan dasar ilmu komunikasi Islam dalam
Shahih Muslim adalah kitab al-Adab
(etika), al-Salam (mengucapkan
salam), al-Alfadz min al-Adab
(ungkapan-ungkapan etika), al-Birr wa
al-Shilah wa al-Adab (berbuat baik, menyambung silahturahmi dan etika).
3) Sunan Abu Dawud,
yang ditulis oleh Abu Daud Sulaiman bin Al-Asy’ats bin Ishaq bin Basyir bin
Syihab bin Amar bin ‘Amran al-Azdi as-Sijistani (202 H-275 H). Informasi yang
bisa dijadikan bahan dasar ilmu komunikasi Islam adalah Kitab al-Adab (etika).
4) Sunan al-Nasa’i,
yang ditulis oleh Abu Abdurahman Ahmad ibn Syu’aib ibn Ali bin Abi Bakar ibn
Sinan al-Nasa’i (215 H-303 H). Informasi yang bisa dijadikan bahan dasar ilmu
komunikasi Islam adalah Kitab al-Aimanwa
al-Nudzur (Sumpah dan nazar) dan Kitab
al-Zinah (perhiasan).
5) Sunan Tirmidzi,
yang ditulis oleh Imam Al-Hafiz Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa
bin Al-Dahhak As-Sulami Al-Tirmizi (209 H-279 H). Informasi yang bisa dijadikan
bahan dasar ilmu komunikasi Islam adalah Kitab
al-Libas (pakaian), al-Birr wa
al-Shilah (berbuat baik dan menyambung tali silahturahmi), al-Isti’zan (meminta izin), al-Adab (etika) dan Kitab al-Da’awat (doa).
6) Sunan Ibnu Majah,
yang ditulis oleh Imam al-Hafidz Abu Abdillah Muhammad ibn Yazid al-Quzwaini
ibn Abdillah ibn Majah al-Qazwini (207 H-275 H). Informasi yang bisa dijadikan
bahan dasar ilmu komunikasi Islam adalah kitab
al-Libas (pakaian), al-Adab (etika), dan
al-Du’a (doa).
C. Kitab-Kitab Para
Ulama
Ada beberapa kitab ulama yang sangat bermanfaat dijadikan sumber dan
referensi adalah:
1. Kitab Ihya ‘Ulumuddin karya Imam Abu
Hamid al-Ghazali. Bahasan yang berkaitan dengan ilmu komunikasi Islam adalah
tentang Afat al-Lisan (penyakit
lisan).
2. Minhaj al-Qashidin yang juga ada membahas
tentang Afat al-Lisan (penyakit
lisan).
3. Riyadhus Shalihin, bahasan yang berkaitan
dengan ilmu komunikasi Islam adalah tentang al-shidq
(kejujuran), nasihat, memperbanyak jalan berbuat kebaikan dan lain-lain.
4. Kitab Afat al-Lisan fi Dhau Al-Qur’an wa As-Sunnah
karya Said bin Ali bin Wahf Al-Qahthani. Kitab ini membahas tentang gosip (ghibah) dan adu domba (namimah), tentang lisan yang kotor, dan
sebagainya.
5. Adab al lisan karya Abu Anas Majid al-Nabkani.
Kitab ini juga membahas etika manusia dalam menggunakan lidahnya.
D. Ilmu Komunikasi
Berger & Chafee (1987) menyatakan bahwa Ilmu komunikasi adalah suatu
pengamatan terhadap produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan
lambang melalui pengembangan teori-teori yang dapat diuji dan digeneralisasikan
dengan tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses dan
pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang.
Pengertian di atas memberikan tiga pokok pikiran utama:
1. Objek pengamatan
yang jadi fokus perhatian dalam ilmu komunikasi adalah produksi, proses dan
penaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang dalam konteks kehidupan manusia.
2. Ilmu komunikasi
bersifat ilmiah empiris dalam arti pokok-pokok pikiran dalam ilmu komunikasi
(dalam bentuk teori-teori) harus berlaku secara umum.
3. Ilmu komunikasi
bertujuan menjelaskan fenomena sosial yang berkaitan dengan produksi, proses
dan pengaruh dari sistem tanda dan lambang.
Komentar
Posting Komentar