Konsep Hati dalam Islam

Konsep Hati dalam Islam
A.  Pengertian Hati 
Kata hati dalam bahasa Arab dinamai dengan Al-Qalbu. Lafadz Al-Qalbu dapat disebutkan untuk dua makna:
1.    Jantung
Daging yang berbentuk sanubari, yang terletak di sebelah kiri dada. Dia adalah daging istimewa. Dibagian dalamnya terdapat rongga. Pada rongga tersebut terdapat darah hitam yang merupakan sumber dan tempat penyimpanan ruh. Darah mengalir ke dalam jantung lalu dipompa kembali dengan perantara pembuluh-pembuluh darah untuk memelihara tubuh.
2.    Lathifah Rabbaniyyah Ruhaniyyah
Dia memiliki keterikatan dengan jantung. Lathifah tersebut merupakan hakikat manusia. Dialah yang dapat memahami, mengetahui, dan mengenal. Dialah yang diberikan perintah, tuntutan, pahala, dan hukuman. Lathifah tersebut memiliki keterikatan dengan jantung. Ruh adalah raga halus. Sumbernya adalah rongga jantung. Dia menyebar ke seluruh bagian-bagian tubuh dengan perantara pembuluh-pembuluh darah.
Dia berjalan di dalam tubuh. Pancaran cahaya kehidupan dan indera pendengaran, penglihatan, dan penciuman berasal darinya menuju anggota-anggota tubuh, sama seperti pancaran cahaya lampu yang diedarkan di pojok-pojok rumah. Perjalanan dan pergerakan ruh di bagian dalam tubuh manusia menyerupai pergerakan lampu di bagian sisi-sisi rumah dengan digerakkan oleh penggeraknya.
Dr. Ali Abdul Halim Mahmud mengartikan Qalbu sebagai kelembutan Rabbaniyah Ruhaniyah yang bertempat di Qalbu ini. Qalbu dengan makna ini adalah hakikat manusia. Dialah bagian yang menyerap, menangkap dan memiliki pemahaman dalam diri manusia. Dialah yang beri tugas hukum yang akan diperhitungkan, yang akan diberikan ganjaran, dan akan mendapat kecaman.
Jadi, pengertian hati (qalbu) secara jasmaniah dia merupakan jantung yang bertugas untuk memompa darah, dan secara ruhaniah, dia merupakan tempat menerima perasaan kasih sayang, pengganjaran, pengetahuan, berita, ketakutan, keimanan, keislaman, ketauhidan dan ketakwaan.
B.   Kedudukan Hati
Allah SWT berfirman:
 إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَن كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya” (QS: Qaaf:37)
Nabi SAW bersabda:
“Ketahuilah, sesungguhnya setiap penguasa memiliki daerah terlarang. Ketahuilah, sesungguhnya daerah terlarang Allah di bumi-Nya adalah perkara-perkara yang diharamkan oleh-Nya. Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging. Apabila dia baik, maka seluruh tubuh akan baik. Apabila dia rusak, maka seluruh tubuh akan rusak. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari no. 52. Imam Muslim no. 1599)
Allah SWT telah memberikan kelebihan kepada manusia dan memuliakan-nya atas kebanyakan makhluk-Nya, yaitu dengan memberikannya kemampuan untuk mengenal Allah SWT. Manusia hanya mampu mengenal Allah dengan hatinya, bukan dengan yang lain. Hatilah yang mengenal Allah; dialah yang dekat dengan Allah; dialah yang beramal kepada Allah; dialah yang berjalan menuju Allah; dan dialah yang mengetahui apa-apa yang ada di sisi Allah.
C.  Tingkatan-Tingkatan Hati (Qalbu)
1.    Hati yang telah kokoh dan mantap (fu’ad)
Sebagaimana  diisyaratkan dalam firman Allah SWT
 مَاكَذَبَ الْفُؤَادُ مَارَأَى
“Hati itu (fu’ad) tidak pernah dusta terhadap apa saja yang telah ia lihat” (QS An-Najm: 11)
Hati yang mantap ini adalah hati yang telah dimiliki mereka yang telah mencapai jiwa rabbani. Apa yang ditampakkan oleh hatinya, atau dirasaka, dan diilhamkan dalam hatinya tidak ada kebohongan dan tipu daya, sebab hati itu melihat dalam bimbingan cahaya ketuhanan yang masuk ke dalam hati itu.
2.    Hati yang telah sadar (shadr)
Sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah SWT
 فَمَن يُرِدِ اللهُ أَن يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإِسْلاَمِ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَآءِ كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لاَيُؤْمِنُونَ
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang menghendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman” (QS Al-An’am : 125)
Yang dimaksud dengan hati yang telah dapat menerima kebenaran Allah SWT, sehingga hati itu terlepas dari himpitan, kebingungan, was-was, dan ragu-ragu tentang kebenaran-kebenaran-Nya tersebut. Hati ridha dan ikhlas untuk mencapai dan meyakini Islam sebagai ajaran dan agama yang diridhai-Nya. Ketulusan dan keridhaan terlahir dalam segala perbuatan dan tindakan sehari-hari tanpa terasa terpaksa dan dipaksa.
3.    Hati yang labil atau belum mantap

Kondisi hati dalam tingkatan ini biasanya senantiasa dihiasi oleh perasaan ragu-ragu, was-was, dan sering berburuk sangka. Hati seperti inilah yang menjadi makanan empuk atau sasaran iblis untuk menggoda dan menghancurkan manusia. Hati seperti ini dimiliki oleh seseorang yang berjiwa lawwamah, tidak memiliki pendirian dan prinsip hidup yang jelas.

Komentar

Postingan Populer