Hakekat Dakwah (Makalah Sosiologi Dakwah)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Dakwah merupakan
bahasa Arab, berasal dari kata da’wah yang bersumber pada kata (da’a, yad’u,
da’watan) yang bermakna seruan, panggilan, undangan atau do’a. Selain itu
dakwah memiliki pengertian upaya memanggil, menyeru, dan mengajak manusia
menuju Allah SWT. Perluasan berikutnya dari pemaknaan dakwah adalah aktivitas
yang berorientasi pada pengembangan masyarakat muslim, antara lain dalam bentuk
peningkatan kesejahteraan sosial.
Persuasif
berasal dari istilah bahasa Inggris persuation. Persuation dapat diartikan
sebagai membujuk, merayu, meyakinkan, dan sebagainya. Baik koersif ataupun
persuasif keduanya bertujuan mengubah perilaku, kepercayaan, dan sikap. Bedanya
ialah terletak pada cara penyampaiannya. Contohnya yaitu dakwah yang
disampaikan oleh Ust. Maulana yang dapat menggugah pikiran mad’u.
Sehingga dapat
dikatakan Dakwah Persuasif adalah proses kegiatan yang mempengaruhi jiwa
seseorang (mad’u) sehingga timbul kesadarannya sendiri untuk mengikuti ajakan
pendakwah (da’i) dengan cara halus atau tanpa paksaan. Tanpa kita sadari dakwah
berada di kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu dalam situasi dan kondisi
yang tengah ada dalam masyarakat hendaknya dapat menerapkan metode dakwah
manakah yang paling pas untuk digunakan. Dakwah persuasif harus dilakukan oleh
orang-orang yang memang memiliki pengetahuan dan keahlian. Dakwah harus tetap
dilakukan sekalipun dihadapkan dengan orang yang kemungkinannya sangat kecil
untuk berubah.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa hakikat dakwah persuasif?
2.
Apa metode dan strategi dakwah persuasif
3.
Apa materi dakwah persuasif
C.
Tujuan Penulisan
1.
Agar mengetahui hakikat dakwah persuasif
2.
Agar mengetahui metode dan strategi dakwah persuasif
3.
Agar mengetahui materi dakwah persuasif
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakekat Dakwah
Dakwah pada
hakekatnya merupakan upaya untuk mempengaruhi seseorang dalam bertindak dan
berperilaku. Dengan dakwah diharapkan akan mampu mengubah kepribadian, baik
secara individu maupun kolektif. Oleh karena itu dakwah adalah agent perubahan
baik dalam pengertian material maupun imaterial.
Dalam pengertian
imaterial dakwah berarti sebagai aktivitas yang mampu melakukan perubahan
perilaku dan pola pikir sehingga orientasi pemikiran manusia menuju kearah yang
lebih positif. Sedangkan dalam pengertian material dakwah dapat menimbulkan
corak kegiatan manusia yang lebih menjanjikan masa depan bagi suatu masyarakat.
Pelaksaan dakwah
Islam yang mampu menjadikan perubahan membutuhkan suatu kemasan dakwah yang
fleksibel sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Pada hakekatnya
masyarakat apabila ditinjau dari kondisi sosial budayanya dapat dibagi menjadi
dua bagian, yakni masyarakat yang berada di perdesaan dan masyarakat yang
berada di perkotaan. Klasifikasi di atas dipengaruhi oleh dikotomi tentang desa
dan kota, yang cenderung memiliki ciri tersendiri.
Dakwah tidak
bisa disampaikan dengan bahasa dan ungkapan yang hanya cocok untuk
ceramah-ceramah sosial dan akademis, adalah jelas dan hampir-hampir tidak
memerlukan penjelasan lebih lanjut. Tugas da’i sangat berbeda dengan tugas
seorang sejarawan yang mesti melaporkan fakta-fakta dan peristiwa-peristiwa
atau tugas seorang filsuf yang menguraikan problema-problema filsafat seluruh
aspek kehidupan manusia disamping itu, seorang da’i harus beribicara kepada
orang-orang yang mempunyai intelek dan pemahaman yang baik.
Seorang da’i
mesti berupaya mengatakan apa yang harus dia katakan itu dengan sopan dan
jelas, sehingga tidak ada satu aspekpun dari pembicaranya dengan cara yang
demikian mengesankan sehingga mampu memaksa pendengar yang paling tidak
berminat sekalipun untuk mendengarkannya kebenaran. Sentuhan dakwah yang
menyeluruh sebagaimana sifat dakwah itu sendiri untuk menyebarkan dakwah pada dasarnya,
ada tiga hal utama yang harus dilakukan:
1.
Pembinaan Kader
Kader harus
dibina dengan baik, dan harus memiliki keimanan mendalam. Pemahamannya juga
harus baik dan cermat tentang keislaman dan lingkungannya. Kemudian mempunyai
amal yang berkesinambungan serta ketertarikan dalam tim kerja yang baik.
2.
Pemerataan dakwah ke masyarakat
Pertumbuhan
basis-basis sosial juga penting, apa saja yang tidak menyentuh masyarakat akan
berhadapan dengan kekuatan masyarakat. Terbentuknya basis sosial nantinya akan
menjadi tema utama bagi para kader-kader dakwah. Sebab kader-kader itu sendiri
dibesarkan dari mereka dan harus kembali kepada mereka.
Lapangan kerja
yang sesungguhnya bagi seorang da’i adalah kaumnya sendiri, maka wajar dan
masuk akal pula bahwa setiap da’i tidak boleh memikirkan cara untuk menjangkau
publik seluas-luasnya, tetapi yang pertama kali harus dia pikirkan adalah
mencari cara yang efektif untuk mengambil hati masyarakat.
Agar kegiatan
dakwah lebih mengena kepada sasaran dakwah maka aspek tujuan juga ikut
menentukan. Tujuan dakwah yang jelas menyebabkan dakwahnya tidak terarah bahkan
cenderung pelaksaannya membingungkan dan lebih lagi sasaran dakwahnya
kemungkinan akan ragu-ragu menerimanya. Oleh karena itu diperlukan observasi
terhadap masyarakat yang akan didakwahi sesuai dengan aspek kehidupan yang
dialami oleh masyarakat tersebut.
Semakin kedepan
dakwah akan semakin berat dan komplik karena kemajuan iptek, mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap perubahan cara berpikir, sikap maupun tingkah laku
manusia. Dari sisi lain kemajuan iptek memang membuat manusia lebih sempurna
dan menguasai, mengelola alam untuk kepentingan dan kesejateraan hidup.
Dalam rangka
melaksanakan amar makruf meletakkan sistem sebagai inti penggerak jalannya
sejarah. Memberikan dasar arientasi keislaman kegiatan dan teknologi,
merehabiitasikan sistem budaya yang berakar pada dimensi spiritual yang
merupakan dasar ekspresi akidah.
Prinsip dakwah
dapat disimpulkan antara lain:
a.
Prinsip keteladanan
b.
Penegakan kebenaran dan jalan yang lurus
c.
Berlandaskan kepada akal tuntutan dari ilmu
pengetahuan
d.
Prinsip kontinuitas dan kelangsungan yang
garis-garisnya merupakan penunjukan Allah pelaksaan perintah-Nya disampaikan
secara penuh kebenaran dan keikhlasan.
e.
Dilaksanakan oleh seorang mukmin yang berpredikat
sebagai ahsanu qoulan wa amalan dan mengandung nilai ketundukan/kepatuhan
kepada Allah.
B.
Metode dan Strategi Dakwah
Metode dakwah
apabila dikaitkan dengan metode mengajar berarti metode dakwah sama dengan
metode mengajar sekalipun tidak semua yang diperlukan dalam mengajar dapat
dipakai dalam dakwah. Metode dakwah yang dapat dipakai dalam dakwah yang
efektif adalah sebagai berikut:
1.
Metode kuliah atau ceramah yang sangat sesuai dengan
modal penyampaian informasi/pesan agama yang bersifat pengetahuan yang sifatnya
memberikan ilmu agama yang doktrin.
2.
Metode tanya jawab lebih akurat apabila digunakan
sebagai pendalaman materi dalam kegiatan pengajian. Dalam kegiatan yang
sedemikian rupa terjalin hubungan yang mantap antara da’i dengan mad’u nya,
terutama sekali masalah pemahaman ajaran agama secara lengkap atau kaffah.
3.
Metode seminar/diskusi memungkinkan mad’u akan lebih
berpartisipasi terhadap kegiatan dakwahnya dan lebih jauh lagi adalah terjalin
hubungan antara sesama mad’u nya.
4.
Metode karya wisata (kunjungan kerja) dalam kegiatan
dakwah menekankan adanya upaya untuk melihat secara langsuang keadaan mad’u nya
dan berbuat untuk merangsang mad’u dalam kegiatan kerja berdasarkan kebutuhan
mereka.
5.
Metode kerja lapangan ini merupakan metode dalam
berdakwah dengan jalan mengadakan praktek kerja, baik dalam bentuk pelatihan
atau bengkel kerja. Dengan metode ini da’i mengelola kerja datang dengan
seperangkat ilmu, teknologi, dan keterampilan yang mendukung kepada kegiatan
yang dilakukan. Metode dakwah dengan model ini lebih tepat digunakan dalam
strategi dakwah bil hal. Seluruh mad’unya dilibatan dalam suatu jaringan kerja
secara praktis.
6.
Metode pemberian bantuan sosial merupakan metode
yang dilaksanakan dengan jalan memberikan bantuan sosial kepada masyarakat
dakwah yang sifatnya mengadakan perilaku masyarakat menjadi perilaku baik
(meningkat kearah yang lebih baik). Melalui kegiatan ini secara tidak langsung
telah melakukan kegiatan dakwah agama, karena pada dasarnya kegiatan bantuan
sosial adalah ajaran agama yang sangat ditekankan.
Keenam metode
diatas dapat diklasifikasikan ke dalam metode dakwah secara langsung (metode
ceramah/tanya jawab, seminar/diskusi) dan metode dakwah secara tidak langsung
(metode karya wisata, kerja lapangan, dan pemberian bantuan sosial).
Metode dakwah
secara langsung pada dasarnya merupakan metode yang secara langsung menekankan
adanya kegiatan dan isi kegiatan dakwah. Sedangkan metode pesan atau tidak
langsung adalah metode penyampaian segala pesan kegiatan itu terselip di dalam
kegiatan dakwah sesuai dengan polanya yang sudah diterapkan.
Strategi dalam
dakwah di artikan sebagai langkah-langkah operasional dalam menuju
terlaksananya suatu tujuan dari kegiatan itu, dalam pengertian berhasil dengan
baik dalam mencapai sasaran yang dikehendaki. Di dalam dakwah komunikatif
strategi dalam menyampaikan pesan agama dapat dilakukan dengan melaksanakan
kegiatan dakwah melalui pola dakwah yang tepat dan sesuai dengan sasaran
dakwah.
Pelaksanaan
strategi dalam dakwah dapat dilaksanakan melalui modifikasi kegiatan dakwah
sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan dakwah itu. Strategi dakwah bil
lisan ini sebagai taktik dalam mengubah pemahamannya tentang Islam dan
berangsur-angsur terjadi peruabahan sikap dan perilaku lebih baik. Taktik
dakwah bil lisan layak dan dikenal dengan sebutan ceramah agama.
Strategi dakwah
bil hal adalah pemanfaatan situasi dan kondisi masyarakat sebagai kegiatan
dakwah agar tumbuh loyalitas atau kepatuhannya terhadap ajaran agama. Strategi
dakwah bil hal cenderung diterapkan sebagai langkah mengubah keadaan masyarakat
menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya. Dengan perubahan keadaan tersebut
diharapkan akan terjadi perubahan sikap dan perilakunya terhadap agama.
C.
Materi Dakwah Persuasif
Kata-kata
mempunyai kekuatan yang luar biasa dalam mengubah perilaku manusia, dan logika
mempunyai peran yang sangat penting dalam pengambilan keputusan. Kata-kata
dapat juga menimbulkan kebencian, iri hati, dan salah paham. Tidak jarang,
kalimat singkat dapat memicu pertumpahan darah di antara dua orang atau bahkan
dua bangsa.
Kekuatan
kata-kata dalam kaitannya dengan dakwah persuasif, yakni kata-kata yang dapat
menjadi stimulan (perangsang) respon psikologi mad’u terletak pada jenis-jenis
kekuatan sebagai berikut:
1.
Karena keindahan bahasa seperti bait-bait syair
2.
Karena jelasnya informasi
3.
Karena logikanya sangat kuat
4.
Intonasi suara yang berwibawah
5.
Karena memberikan peringatan yang mencekal
6.
Memberikan harapan atau optimisme masa depan
7.
Ungkapan yang penuh istilah
Al-Qur’an
memberikan istilah-istilah pesan yang persuasif dengan kalimat yaitu:
1.
Perkataan yang membekas pada jiwa (Qaulan Baligha)
Al-Qur’an
memberikan tuntunan bahwa redaksi seruan dakwah berbeda-beda tekanannya
tergantung siapa mad’unya. Merunut Ishfihami perkataan yang membekas di jiwa
mempunyai dua arti. Pengertian pertama : suatu perkataan yang membekas pada
jiwa manakala berkumpul padanya tiga sifat, yaitu:
a.
Memiliki kebenaran dari sudut bahasa
b.
Mempunyai kesesuaian dengan apa yang dimaksudkan
c.
Mengandung kebenaran substantif
Pengertian
kedua, suatu perkataan dinilai baligha jika perkataan itu sama dengan apa yang
dimaksudkan oleh pembicara, sehingga tidak ada celah untuk mengalihkan
perhatian ke permasalahan lain.
2.
Perkataan yang lemah lembut (Qaulan Layyina)
Dakwah yang
lemah lembut adalah dakwah yang dirasakan oleh mad’u sebagai sentuhan yang
halus, tanpa mengusik atau menyentuh kepekaan perasaannya, sehingga tidak
menimbulkan gangguan pikiran dan perasaan. Terhadap dakwah yang lembut mad’u
yang kasar pun jika menolak, penolakan tidak dilakukan secara langsung, tetapi
menggunakan cara yang halus juga, sehingga masih memungkinkan ada komunikasi
lagi pada kesempatan lain.
3.
Perkataan yang ringan (Qaulan Maysura)
Perkataan ini
biasanya relevan bagi kaum awam yang hidupnya masih direpotkan dengan kebutuhan
pokok. Lapisan mad’u dari kelompok ini tidak tertarik pada argumen logika,
undang-undang dan Al-Qur’an dan hadits. Bagi mereka pesan dakwah yang
komunikatif adalah jika membantu memecahkan persoalan pokok mereka. Jadi, pesan
dakwah yang ringan adalah yang lebih menunjukkan fakta dibandingkan kata-kata
sedikit bicara banyak bekerja, tanpa dalil tapi efeknya terasa.
4.
Perkataan yang mulia (Qaulan Karimah)
Dalam perspektif
dakwah point qaulan karimah diperlukan jika dakwah itu ditujukan kepada
kelompok orang yang berusia lanjut. Seorang da’i dalam lapisan mad’u yang sudah
masuk kategori usia lanjut haruslah bersikap seperti orang tua sendiri, yakni
hormat, dan tidak berkata kasar.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dakwah pada
hakekatnya merupakan upaya untuk mempengaruhi seseorang dalam bertindak dan
berperilaku. Dengan dakwah diharapkan akan mampu mengubah kepribadian, baik
secara individu maupun kolektif. Pelaksaan dakwah Islam yang mampu menjadikan
perubahan membutuhkan suatu kemasan dakwah yang fleksibel sesuai dengan situasi
dan kondisi yang dihadapi. Dakwah tidak bisa disampaikan dengan bahasa dan
ungkapan yang hanya cocok untuk ceramah-ceramah sosial dan akademis, adalah
jelas dan hampir-hampir tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut.
Strategi dalam
dakwah di artikan sebagai langkah-langkah operasional dalam menuju
terlaksananya suatu tujuan dari kegiatan itu, dalam pengertian berhasil dengan
baik dalam mencapai sasaran yang dikehendaki. Pelaksanaan strategi dalam dakwah
dapat dilaksanakan melalui modifikasi kegiatan dakwah sesuai dengan situasi dan
kondisi lingkungan dakwah itu.
Kata-kata
mempunyai kekuatan yang luar biasa dalam mengubah perilaku manusia, dan logika
mempunyai peran yang sangat penting dalam pengambilan keputusan. Kekuatan
kata-kata dalam kaitannya dengan dakwah persuasif, yakni kata-kata yang dapat
menjadi stimulan (perangsang) respon psikologi mad’u.
B.
Saran
Seorang da’i
adalah komunikator Islam yang berfungsi menjelaskan ajaran agama Islam dari
beberapa aspek kehidupan hendaklah memiliki kemampuan di bidang agama agar
dapat memberikan wawan keagamaan secara utuh.
DAFTAR PUSTAKA
Munawar M. Saad. Sosiologi
Dakwah. (Pontianak: Stain Press). 2008
Komentar
Posting Komentar